Wednesday, March 26, 2008

SUPRIZ OF D' MONTH

“Lo mau ikut ke Bali gak ka?” Tanya ruly pada suatu hari.
“………”
“Heh”
“Hah, apaan! gue ga denger!”
“Kita pada mau ke Bali liburan ini, lo mau ikut gak?”
“oooohhh…wah, mau banget, emang sapa aja yang ikut?”
“yang jelas gue, Arab, Ikhwan, trus katanya Sonja mau diajakin”
“oooo…gitu, coba ntar deh gue ijin dulu ma ortu.”

Beberapa hari setelahnya… pertanyaan yang sama diajukan kembali hanya beda redaksi aja…pada intinya…SAMA.Waktu itu lagi di Keadilan. Ada Ruly, Ikwan, dan Arab.

“ka, liburan kita mau ke Bali lho, ikut ga?” Ikwan nanya.
“Mau banget ndut,”bales gue. “tapi gue mau minta ijin dulu ma ortu”
“Hmmm…iya ka, lo ijin aja dulu,” Arab mendukung.

Kereta ekonomi Jogja-Banyuwangi. Disinilah gue sekarang, dengan empat sahabat gue, terhenyak disebuah tempat duduk seadanya yang kalau menurut gue sih biasa aja, tapi untuk orang yang udah biasa naek kereta, hal ini mungkin sangat tidak nyaman, secara gak kayak kereta bisnis atau eksekutif.

“Tiket tuh di simpen jangan sampe ilang lagi,” Arab memperingatkan.
“Iya, ntar bayar lagi, hahaha…” Ikhwan gak mau kalah ikutan ngeledek.
“nih ka, lo aja yang nyimpen,” tiket itu diserahin Ruly ke gue.
“hwaaa…jangan!lo aja yang nyimpen, ntar ma gue malah ilang lagi heheheh…” gue nyengir.

Setelah kejadian bayar tiket untuk kedua kalinya alias tekor, gue ma ruly waspada banget, bentar-bentar ngeliatin tiketnya masi ada atau gak. Hehehehe…

“wah, masih sekitar 12 jam lagi nih kita nyampe,” tiba-tiba Sonja bergumam.
“weks…gak usah di bilang ntar malah gak nyampe-nyampe lho,” kata ikhwan sambil tersenyum.

Tidur menjadi kegiatan pokok yang kita lakukan pada saat berada didalam kereta. Tak terhitung sudah berapa kali kita bangun terus tidur lagi terus bangun en tidur lagi, begitu seterusnya. Sampai-sampai tak sadar bahwa cacing-cacing didalam perut tak kuasa pada protes, entah sudah ada berapa panggilan tak terjawab.

“ntar kalo mau makan tuh pas di Madiun aja, makan pecel Madiun yang terkenal murah,”Ikwan memberitahu.
“iyakah” kata gue heboh.
“Tunggu aja, bentar lagi kok”

Sonja tertidur dengan pulasnya, sementara Ikhwan dan Arab ternyata sedang diculik oleh beberapa teman yang ternyata salah satunya adalah teman ikwan pada saat menjadi anggota Mapala di SMA dulu. Entah apa yang sedang mereka lakukan di pojok koridor gerbong.

“wah edan! Gue diajakin naek gunung Agung nih!” kata Ikwan dengan semangat.
“HAH!tapi lo nolak kan wan, inget kita ne mau liburan ke Bali bukan mau naek gunung,” kata gue dengan nada shock.
“Apa!!!naek gunung, wah asik asik, aku mau,”Sonja malah pengen.
“iya, kita kan mau liburan. Naek gunung tuh jauh banget dari planning,”Ruly menimpali dengan sungguh-sungguh.
“yo piye yo, tapi iyalah gak usah aja lagian kita kan gak bawa perlengkapan naek gunung sama sekali,” Ikwan akhirnya nyadar.
“Arab mana?” gue ngomong sambil menyelidik.
“Hehehe…dia lagi ada di sana sama temen-temen gue, dia lagi bersenang-senang,” Ikhwan berkata sambil menunjuk tempat mereka berkumpul.
Kita pada celingukan ngeliatin apa yang dilakukan Arab disana. “wah, sepertinya arab…”Ruly tak melanjutkan kata-katanya.
“Son, kita pergi ke ujung gerbong yuk, disana adem,”ajak seorang teman Ikwan yang datang menghampiri kita.
“ayo ayo, aku mau,” kata Sonja mengiyakan.

Pergilah mereka ke ujung gerbong untuk menikmati angin spoi-sepoi yang tidak didapatkan didalam gerbong. Tak sengaja gue ma Ruly teringat kembali pada perut yang sedari tadi treak treak.

“pecel…pecel…pecelnya mbak, mas,”tawar seorang ibu yang membawa dagangan pecelnya.
“Mmmm…Ini pecel Madiun yang tadi dibilang si Ikwan bukan yah,” kata gue pada Ruly.
“iya ka, ayo kita makan, laper banget nih!”kata Ruly gak sabar.

Setelah mengambil dua bungkus pecel dan membayar, gue ma Ruly makan dengan tidak ada rasa berdosa sama sekali karena tidak lagi ingat pada Ikhwan, Arab, ma Sonja. Bodo’ amat!!! Hehehe…

Baru aja kita slese makan, Sonja dkk yang tadi pada ngilang ke ujung gerbong balik ke tempat duduk.
“Eh disana enak lho, banyak angina,” lapor Sonja dengan antusias.
“Aduh, masih jauh yah, laper nih, makan dimana yaaa…,” gerutu Ikhwan sambil megangin perut.
“Kita berdua barusan aja makan pecel madiun lho,” Ruly berkata dengan tampang tak berdosa.
“waaahhh…jadi kalian berdua dah makan, ora penak, makan…makan dewe,” kata Ikhwan sedikit kecewa.
Gue mah nyengir aja. “Sorry ya wan, kita makan duluan hihihi…”

Perlahan-lahan langit tertutup oleh awan hitam yang menandakan bahwa sebentar lagi hujan akan turun dan membasahi muka bumi. Beberapa stasiun-stasiun kecil telah kami dilewati dengan sukses. Titik air hujan mulai menghantam jendela kereta, terlihat dedaunan diluar sana yang perlahan basah. Obrolan demi obrolan mengalir membuat kita semua secara tak sadar kembali dalam urusan masing-masing yang orang lain tidak akan tau apa yang kita lakukan dan kita pikirkan pada saat itu. TIDUR. Zzzzz……

No comments: